Penulis: Kajar Alit Djati
Masyarakat Samin tinggal di Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Mereka tinggal berkelompok dan bercocok tanam.
Dulu, mereka tinggal bersama di tempat yang dipimpin oleh tokoh tua mereka, yaitu Mbah Hardjo Kardi, yang merupakan keturunan Surosentiko. Namun, setelah Mbah Hardjo Kardi meninggal pada 27 Mei 2023, kepemimpinan dipegang oleh anaknya.
Dusun Jepang terletak di sebelah tenggara kota Bojonegoro, sekitar 70 kilometer dari pusat kota. Lokasinya agak tersembunyi di tengah hutan jati milik Perhutani, sekitar 5 kilometer dari jalan raya. Pola permukiman mereka terbentuk secara alami, mengikuti kontur tanah dan memanfaatkan sumber daya alam sekitar.
Tiga Tata Ruang Rumah Masyarakat Samin
Irawan Setyabudi, Rizki Alfian, dan Dian Kartika Santoso dari Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, melakukan penelitian tentang Tipologi dan Morfologi Rumah Tradisional Masyarakat Samin Bojonegoro. Hasil penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Ilmiah Arsitektur Vol 12 No 2 tahun 2022 ini cukup menarik. Karena menunjukkan tipe-tipe jenis tata ruang di rumah-rumah tradisional masyarakat Samin.
Secara sederhana, penelitian tersebut menyebutkan tiga jenis organisasi ruang pada rumah-rumah di daerah Samin.
1. Pertama, rumah dengan kandang sapi menyatu, dan dapur berada di bagian depan.
2. Kedua, kandang sapi juga menyatu dengan rumah, namun dapur berada di bagian belakang.
3. Ketiga, kandang ternak juga menyatu dengan rumah, dengan dapur di belakang dan kamar mandi terpisah dari bangunan utama.
Meskipun berbeda-beda, satu kesamaan utama dari ketiga tipe rumah ini adalah keberadaan kandang sapi dan gudang/tempat penyimpanan hasil panen sebagai unit ruang utama yang selalu ada. Ini membuktikan bahwa pertanian mempengaruhi desain rumah di daerah ini.
Namun, ada perbedaan yang jelas dalam jumlah dan tata letak ruang di setiap tipe rumah. Hal ini karena jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut berbeda, dan kebutuhan akan kenyamanan menjadi prioritas utama bagi penghuni. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor seperti kebutuhan akan kenyamanan, kondisi lingkungan, dan mata pencaharian mempengaruhi perbedaan tipologi rumah di daerah ini.
Sekilas tentang Masyarakat Samin
Masyarakat Samin adalah kelompok masyarakat yang mengikuti ajaran Saminisme, yang berasal dari ajaran Samin Surosentiko. Samin Surosentiko lahir pada tahun 1859 di Desa Ploso Kedhiren, Klopodhuwur, Randublatung, Blora. Ajaran Saminisme muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Kolonial Belanda yang dianggap sewenang-wenang terhadap rakyat pribumi.
Meskipun perlawanan mereka tidak bersifat fisik, mereka menentang segala aturan dan kewajiban yang diterapkan oleh pemerintahan Belanda, termasuk menolak membayar pajak (Rosyid, 2010).
Siti Munawaroh dkk (2015) menyebut masyarakat Samin yang tinggal di Dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro, adalah keturunan dari para pengikut ajaran Samin Surosentiko. Mereka menerapkan ajaran Saminisme yang menekankan kejujuran, yaitu mengungkapkan maksud sesuai dengan keadaan sebenarnya. Sikap dan perilaku mereka cenderung polos dan tulus.
Pada 2015, masyarakat Samin di Jepang terdapat sekitar 47 Kepala Keluarga (KK). Masyarakat Samin ini mengandalkan pertanian dengan memanfaatkan lahan hutan Perhutani di sekitar tempat tinggal mereka sebagai mata pencaharian utama. Meskipun identitas Samin tidak lagi terlihat dalam kehidupan sehari-hari mereka, mereka berpakaian seperti masyarakat umum dan berinteraksi dengan menggunakan bahasa Jawa.