Perang Jawa tahun 1825 – 1830 menjadi perang terbesar di Jawa. Perang yang dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro ini telah menelan korban tewas sebanyak 200 ribu jiwa penduduk Jawa. Sementara korban tewas di pihak Belanda diperkirakan berjumlah 8 ribu tentara Belanda dan 7 ribu serdadu pribumi.
Sosok Pangeran Diponegoro sendiri terus diperbincangkan hingga kini. Dan banyak sekali fakta-fakta diungkap ke publik tentang sosok sang pangeran. Akan tetapi, banyak pula fakta-fakta yang jarang diungkap ke publik. Atau minimal, banyak masyarakat yang belum mengetahuinya.
Nah, buku Sisi Lain Diponegoro, Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa yang ditulis oleh Peter Carey (KPG, 2017) sedikit banyak mengulas ‘fakta-fakta tersembunyi’ tersebut. Babad Kedung Kebo tak begitu populer dibanding dengan babad-babad lain, semisal Babad Diponegoro yang merupakan babad otobiografi yang ditulis oleh sang pangeran saat berada di pengasingan.
Secara sederhana ada tiga tiga kelompok babad.
1. Babad Diponegoro yang ditulis oleh Diponegoro sendiri dan kerabat dekatnya, seperti putra sulungnya Pangeran Diponegoro Muda (1803-1856).
Babad ini ditulis atau didiktekan di Manado dalam kurun waktu Sembilan bulan (13 November 1831- 3 Februari 1832). Panjangnya 1.151 halaman. Babad ini mengisahkan sejarah Jawa dan riwayat sang pangeran sendiri hingga ke pengasingan. Ditulis dalam huruf pegon Bahasa jawa menggunakan aksara arab.
2. Babad Kedung Kebo yang ditulis atas prakarsa Raden Adipati Cokronegoro I (menjabat sebagai Bupati Pertama Purworejo 1831-1856).
Kemungkinan ditulis pada awal 1840 an dan satu salinannya ada di Perpustakaan Universitas Leiden. Cokronegara merupakan salah satu lawan Diponegoro di daerah Begelen.
3. Babad Diponegoro yang ditulis para pujangga di Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Babad ini lebih dikenal dengan sebutan Babad Surakarta. Babad ini sebenarnya lebih Panjang dan bagiannya mengisahkan tentang perang jawa. Babad ini tidak banyak dijadikan perbincangan karena isinya runutan sejarah.
NIKMATI ULASAN DI YOUTUBE:
Nah, Babad Diponegoro dan Babad Kedung Kebo, dua babad inilah yang banyak diperbincangkan. Karena boleh dibilang kedua babad tersebut isinya banyak bertolak belakang. Punya pespektif yang berbeda. Maklum saja, karena Babad Diponegoro ditulis oleh sang pangeran sendiri. Sedang Babad Kedung Kebo ditulis oleh Cokronegoro yang merupakan musuh dari sang pangeran. Ada cerita tutur yang menyebutkan bahwa Cokronegoro dan Diponegoro merupakan dua orang yang mempunyai guru spiritual yang sama, yakni Ki Taptojani di Mlangi, Yogyakarta.
Dua murid tasawuf Ki Taptojani ini kemudian berada di posisi bersebarangan dalam perang jawa. Yakni Diponegoro mengobarkan perang jawa melawan Belanda. Sedang Cokronegoro berada di pihak Belanda yang memerangi Diponegoro. Sehingga Babad Kedung Kebo tentu mempunyai perspektif sejarah yang berbeda.
Di Babad Diponegoro, sang pangeran menggambarkan dirinya sebagai Arjuna atau Janaka. Dalam perang Bharatayudha, Arjuna adalah Pandawa yang berperang melawan Kurawa. Artinya, musuhnya, Belanda adalah digambarkan sebagai Kurawa. Nah, berseberangan dengan ini, di Babad Kedung Kebo, Cokronegoro membuat penggambaran sebaliknya. Diponegoro, olehnya, digambarkan sebagai Suyudana dari pihak Kurawa. Sedang Cokronegoro menggambarkan dirinya sebagai Raden Setyaki atau Bima Kunthing, tokoh wayang yang memiliki kesaktian hamper sama dengan Bima. Dan ia membantu Pandawa memerangi Kurawa.
Betapa tampak perbedaan dua tokoh satu guru tasawuf ini. Keduanya berada di kutup sangat berbeda. Sama-sama menulis Babad dengan perspektif bersebarangan. Cokronegoro melihat Diponegoro, dalam perjuangannya dihinggapi nafsu kekuasaan, dan tidak ikhlas. Itulah yang membuatnya gagal dalam perang jawa.
Buku ‘Sisi Lain Diponegoro’ karya Peter Carey ini terbilang lengkap untuk mengetahui bagaimana sejarah mempersepsikan Diponegoro dan perjuangannya dalam perang jawa. Babad Kedung Kebo memberi gambaran berbeda tentang sosok sang pangeran.
Namun, jika anda ingin mengetahui lebih lengkap tentang Pangeran Diponegoro, bisa membaca Kuasa Ramalan yang tiga jilid karya Peter Carey juga. Di buku tersebut, gambaran tentang sosok sang pangeran lebih lengkap dan detail dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi.
Biodata Buku
Judul: Sisi Lain Diponegoro, Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa
Penulis: Peter Carey
Penerbit: KPG
Cetakan: 2018