Penulis: Kajar Djati
Makna kebahagiaan bagi masyarakat Jawa sering kali tercermin dalam nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan kehidupan sehari-hari. Kebahagiaan itu biasa tercermin dari kesederhanaan.
Akan tetapi, nilai-nilai materalistik kini menggerus hampir semua lapisan masyarakat. Tak terkecuali masyarakat kalangan bawah. Yakni dengan mencitrakan diri sebagai orang kaya. Menjadi orang kaya seakan-akan satu-satunya jalan meraih kebahagiaan. Padahal, tuntunan agama secara jelas menyebut, orang kaya adalah kaya hatinya.
Nah, sekedar bahan perenungan, berikut beberapa aspek yang mungkin mencerminkan makna kebahagiaan dalam konteks masyarakat Jawa:
1. Harmoni dengan Alam dan Manusia:
Masyarakat Jawa sering menekankan pentingnya hidup harmonis dengan alam dan sesama manusia. Keseimbangan antara alam, manusia, dan roh spiritual dianggap sebagai kunci kebahagiaan.
2. Keseimbangan dan Rukun:
Konsep “rukun” atau hidup berdampingan secara damai dengan sesama menjadi inti kebahagiaan. Keseimbangan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat dihargai tinggi.
3. Bhakti dan Spiritualitas:
Bhakti, atau pengabdian kepada Tuhan, sering menjadi bagian integral dari kebahagiaan. Praktik-praktik keagamaan, seperti ritual keagamaan dan persembahan, dianggap dapat membawa kedamaian dan kebahagiaan.
4. Gotong Royong dan Solidaritas Sosial:
Partisipasi dalam kegiatan gotong royong dan saling membantu sesama dianggap membawa kebahagiaan. Solidaritas sosial dan rasa saling ketergantungan juga menjadi nilai penting.
5. Ketentraman Batin:
Ketenangan pikiran dan keberadaan menjadi nilai utama. Latihan spiritual, meditasi, atau kegiatan yang merangsang ketenangan batin dianggap mendukung kebahagiaan.
6. Kepuasan dengan Hidup Sederhana:
Hidup sederhana dan merasa puas dengan apa yang dimiliki menjadi konsep penting dalam mencapai kebahagiaan. Materialisme yang berlebihan sering dihindari karena pandangan hidup tidak boleh tamak akan dunia.
7. Pentingnya Keluarga:
Keharmonisan dalam keluarga dan peran keluarga sebagai sumber dukungan emosional dianggap sebagai faktor penting untuk mencapai kebahagiaan.
8. Penghargaan terhadap Tradisi:
Melestarikan dan menghargai tradisi nenek moyang dianggap sebagai sumber kebahagiaan. Kebudayaan dan adat istiadat menjadi bagian integral dari identitas masyarakat Jawa.
9. Pengendalian Diri dan Etika:
Kesadaran diri, kendali diri, dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain dianggap sebagai cara mencapai kebahagiaan yang berkelanjutan.
10. Penerimaan Terhadap Takdir:
Menerima takdir atau nasib dengan lapang dada dianggap sebagai sikap yang mendukung kebahagiaan. Keberanian dalam menghadapi cobaan dan menjalani hidup dengan ikhlas dihargai. Makna kebahagiaan dalam masyarakat Jawa sangat terkait dengan nilai-nilai kearifan lokal, spiritualitas, dan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.