Penulis: Kajar Djati
Menumpang mobil VW Safari telah menjadi sensasi yang ditawarkan bagi wisatawan yang datang ke daerah sekitar Candi Borobudur, tepatnya di Desa/Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Akhir November 2023 lalu, saya dan rombongan menjajal VW Safari Borobudur ini. Saya tinggal duduk di kursi penumpang (ada pilihan memilih berada di kursi samping driver), dan VW Safari dengan mesin meraung-raung akan mulai menggelinding menyusuri jalanan kampung yang menyatu dengan persawahan hijau. Sesekali di antara rumah padat, dan selang beberapa saat kemudian melintasi jalanan bersih sawah dengan kanan-kiri pohon kelapa melambai-lambai.
VW Safari membawa wisatawan tak sekedar menikmati alam indah, melainkan juga menuju dua titik UMKM milik warga yang telah ditentukan. Titik pertama, adalah pelaku UMKM rengginang. Di sini, wisatawan bisa langsung melihat proses pembuatan camilan tersebut dan bisa langsung berbelanja. Bahkan, wisatawan juga diajak ikut mengalami pembuatan jajan.
Titik henti kedua adalah pelaku UMKM gula merah. Di sini, wisatawan juga bisa menikmati proses pembuatan dan terpenting, berbelanja.
Komunitas Mobil Klasik Mengangkat Ekonomi Warga
Saya bertemu dengan salah satu orang di balik kesuksesan komunitas VW Safari mengangkat pariwisata Borobudur. Jamil, seorang pecinta mobil klasik yang asli warga Borobudur. “Awalnya, saya merantau ke bali, saya lihat kok banyak anak muda nganggur tapi nyekel duit (pegang uang). Lalu saya pulang, lalu berpikir. Kan ada Borobudur, apa yang bisa saya lakukan,” terangnya.
Selepas ia pulang, lalu mencoba untuk mengembangkan hobinya main mobil klasik menjadi daya tarik wisata. Jamil berpikir, jika hanya dirinya yang gerak, maka akan kurang menarik. Karena, pariwisata harus bergerak bersamaan semua pihak. Akhirnya, dari tahun 2016 yang awalnya hanya ada 6 unit mobil WV Safari, kini sudah ada 500 unit. “Alhamdulillah,” ungkapnya.
“Api Wisata” Berkobar di Bukit Menoreh
Puluhan mobil WV Safari berderet di lapangan dengan pemandangan puncak bukit menoreh. Bagi anda pembaca buku cerita silat Api di Bukit Menoreh karya SH Mintardja, tentu akan punya imajinasi yang berbeda.
Di Menoreh inilah, Ki Gede Menoreh ikut mendirikan Mataram, mempertahankan Mataram dari para perusuh, hingga punya peran penting saat Mataram di bawah Panembahan Senopati berperang melawan Pajang. Tapi itu kisah dalam buku karangan SH Mintardja.
Dan kenyataannya, bukit menoreh memang punya daya tarik tersendiri. Di bawahnya jalanan berkelok-kelok, padi menghampar, dan pohon kelapa meliuk-liuk. Jika berada di lokasi, anda akan mudah jatuh cinta pada alamnya.
Saya sempat berfoto dengan latar belakang bukit menoreh. Benar-benar membawa imajinasi saya pada sebuah tempat dalam cerita silat SH Mintardja. Dalam imajinasi saya, Agung Sedayu, menggarap sawah bersama Glagah Putih.
Apa yang dilakukan para pecinta mobil klasik VW Safari memang cukup inspiratif. Betapa tidak, mereka tak sekedar menikmati klangengan ber-VW saja, melainkan memberdayakan pelaku UMKM dengan cara membantunya mempromosikan produk UMKM.
Artinya ada pecinta mobil klasik, UMKM, warga, dan alam. Orkresta dari semua ini makin mantab di bawah kendali Balkondes atau Balai Ekonomi Desa yang merupakan balai yang diinisiasi oleh BUMN untuk pemberdayaan masyarakat.
Ketika berada di sana, kita tentu akan menemukan sebuah ide untuk dikembangkan di daerah masing-masing. Nah, jika anda dari sana, apa imajinasi anda selanjutnya?