Kabupaten Bojonegoro, setiap tahun selalu dilanda banjir. Setidaknya ada dua jenis banjir yang melanda Bojonegoro. Yakni banjir bandang yang terjadi di wilayah selatan, mulai Kecamatan Sekar, Gondang, Bubulan, hingga Temayang dan Dander. Atau wilayah-wilayah yang berada di sekitaran hutan. Air hujan dari pegunungan dan perbukitan wilayah selatan Bojonegoro turun dengan deras dan menerjang permukiman warga.
Banjir jenis kedua adalah banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo. Banjir ini sudah bisa diprediksi terjadi setiap tahun di akhir tahun hingga awal tahun. Bencana banjir pada penghujung 2007 hingga awal 2008 menjadi Pelajaran berharga bagi warga Bojonegoro. Saat itu, kota Bojonegoro mati. Aktivitas ekonomi berhenti. Genangan air rata-rata setinggi di atas 1 meter. Listrik di kawasan kota padam.
Oleh karena itu, Kabupaten Bojonegoro membutuhkan web map atau semacam aplikasi banjir untuk memudahkan user atau masyarakat memantau banjir. Aplikasi ini sangat penting, mengingat posisi Bojonegoro yang selalu diterjang banjir setiap tahunnya.
Hasil Riset
Anik Vega Vitianingsih dan Yudi kristyawan, dari Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Informatika Universitas Dr. Soetomo, Surabaya pernah melakukan penelitian terkait web map yang bisa diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian tersebut bisa diakses di journal.unair.ac.id.
Dalam paparannya, Anik & Yudi menjelaskan Bojonegoro adalah kabupaten langganan banjir. Sehingga membutuhkan aplikasi yang terpusat untuk mengabarkan banjir setiap saat. Menurutnya, WebMap merupakan pengembangan dari aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mempunyai kemampuan untuk melakukan analisis keruangan dan analisiswaktu, sehingga mampu menghasilkan suatu analisis yang terintegrasi yang mencakup seluruh aspek.(hal:2).
Dijelaskan dalam hasil penelitian tersebut bahwa aplikasi web map yang akan diterapkan berfungsi memetakan titik-titik daerah yang menjadi langganan banjir. Web map menganalisa daerah rawan banjir dan kemungkinan akan terjadi banjir berdasarkan data ketinggian air sungai Bengawan Solo, intensitas curah hujan, elevasi tanah dan data genangan. Sistem akan memberikan solusi alternatif pos pengungsian yang bisa digunakan berdasarkan daerah yang tidak terkena dampak banjir. Bahkan pemerintah mudah mengetahui berapa jumlah kepala keluarga (KK) yang terkena dampak banjir pada masing-masing Desa di tiap kecamatan. Data ini kemudian memudahkan pemkab untuk melakukan langkah-langkah cepat dan tepat untuk penanganan banjir.
Anik dan Yudi, dalam risetnya berkesimpulan sistem web map ini akan dapat dapat memberikan kemudahan kepada user dalam mencari daerah rawan banjir dan memberi kemudahan pada pengambil keputusan untuk menentukan alternatif pos pengungsian. Sehingga dampak banjir dapat diminimalkan. Dengan adanya penyajian data peta yang lebih interaktif diharapkan dapat memberikan bentuk penyajian informasi yang interaktif dan lebih mudah untuk dipahami masyarakat.
Pantau Banjir Jakarta
Sebagai salah satu perbandingan, DKI Jakarta memiliki pantaubanjir.jakarta.go.id yang selalu mengupdata informasi-informasi terkait banjir. Meski ini bukan web map atau sebuah aplikasi, namun Pantau Banjir Jakarta memuat banyak informasi tentang banjir. Diantaranya berisi prakiraan cuaca, data tinggi muka air di sejumlah titik Sungai, serta ketersediaan pompa air dan letaknya.
Bahkan Pantau Banjir Jakarta menyajikan data banjir per Rukun Tetangga (RT), bukan hanya tingkat desa/kelurahan. Selain itu, website tersebut juga memuat peta banjir serta informasi banjir lintas tahun.
Oleh karena itu, dengan kondisi Bojonegoro yang selalu dilanda banjir setiap tahun, maka, perlu langkah-langkah berbasis digital untuk memetakan hingga menangani banjir dengan cepat dan tepat. Banjir telah menjadi “rutinitas” tahunan di Kabupaten Bojonegoro. Sehingga masyarakat perlu informasi cepat dan tepat terkait banjir. Dan hasil riset tentang web map tersebut bisa menjadi pertimbangan Pemkab Bojonegoro.