Penulis: Indika Fahrul Hikami
Menjadi anak bungsu bukanlah hal yang mudah. Cukup banyak dinamika kehidupan yang akan ditanggung sendiri. Hal tersebut bertolak belakang dengan orang tua yang mendidik anak bungsu.
Sebagai anak bungsu, orang tua pastinya akan memanjakannya, mencoba membuat agar anak bungsunya tidak kesulitan untuk menghadapi dunia ini.
Namun siapa sangka, perlakuan orang tua tersebut ternyata telah mengasah pikiran si anak bungsu sampai dewasa. Kebanyakan, anak bungsu akan tetap manja kepada orang tua, bahkan ke saudara yang lebih tua karena memang mindsetnya sudah disetting seperti itu.
Sejak kecil, jarang, atau bahkan tidak pernah menyelesaikan suatu masalah. Apalagi, sejak kecil anak bungsu terbiasa menerima barang atau bahkan uang dari saudara tuanya. Dengan hal tersebut lah anak bungsu akan terus seperti itu karena sejak kecil sudah terlatih.
Namun, nyatanya beban anak bungsu sangatlah berat. Anak bungsu sering dibanding-bandingkan dengan saudara tuanya oleh orang tua. Apalagi anak bungsu lebih ‘bodoh’ dari saudara-saudaranya. Pastinya setiap hari seringkali mendengar perbandingan yang membuatnya down dan tak percaya diri untuk terus melangkah hidup.
Beban anak bungsu bukan hanya terletak pada mental, namun juga antara pilihan hidup. Banyak anak bungsu yang merasa tak kuat, bahkan hingga menyerah untuk terus berjuang hidup. Hal tersebut dikarenakan adanya pilihan yang berat yang harus diambilnya.
Orang Tua, Masa Depan dan Diri Sendiri
Kebanyakan masalah anak bungsu adalah memilih diantara opsi yang semuanya berat yakni antara orang tua, masa depan dan diri sendiri.
Sebagai manusia, pastinya memiliki keinginan hidup bahagia dengan melakukan apa yang disenangi. Namun hal itu sulit didapat oleh anak bungsu jika berada di lingkungan keluarga sederhana dan orang tuanya sudah lansia.
Selepas sekolah, pastinya anak bungsu juga ingin sukses seperti saudaranya, temannya, ataupun orang lain. Namun seakan ada banyak sekali pertimbangan yang harus difikirkan matang sebelum mengambil tindakan.
Seperti, apakah meninggalkan orang tua yang sudah tak lagi muda adalah pilihan yang tepat? Apalagi di rumah tiada orang lain lagi yang akan menjaga mereka.
Kadang, kebahagiaan diri sendiri dan masa depan anak bungsu harus direlakan untuk dipending karena orang tua adalah pilihan utama. Melihat orang tua tersenyum sudah membuat dunia seakan taman bermain yang baik.
Tapi, melihat teman sebaya yang sudah sukses duluan karena memang tidak ada hal yang membuatnya menunda berjuang untuk merebutkan masa depanya sedikit iri hati.
Sebetulnya, anak bungsu juga ingin membelikan orang tuanya barang, makanan dan sebagainya dari jerih payahnya sendiri dari bekerja. Namun karena pilihan yang berat dan keputusan sudah membuatnya sedikit frustasi.
Hal yang lumrah jika anak bungsu frustasi akan kehidupan karena dihadapkan pilihan yanv begitu berat. Harus rela menunda sedikit masa depan, harus rela mendengar cemoohan tetangga yang sering menyindirnya.
Itulah sedikit curahan hari dari anak bungsu. Anak bungsu bukanlah manusia hebat namun dia akan tetap terliaht kuat meski didalam fikirannya berantakan.