Banjir Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro tahun 2007-2008 sangat berdampak pada perekonomian dan kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Lumpuhnya perekonomian masyarakat menjadi salah satu dampak nyata dari banjir ini.
Sebuah penelitian oleh Prof. Drs. Nawiyanto, M.A., Ph.D. dan Dimas Eka Arianto yang dipublikasikan di Jurnal Historia, Vol. 4, No. 2 (Januari 2022): 180-194 mengulas tentang dampak banjir Bengawan Solo 2007-2008 di Kabupaten Bojonegoro.
Dalam penelitian itu, disebutkan pertanian terdampak parah, dengan 12.262 hektar dan 9.755 hektar lahan gagal panen akibat terendam banjir. Tanaman jagung dan palawija seluas 1.427 hektar juga mati. Khususnya di Kecamatan Kanor, 10 rumah hilang, 5 rusak parah, 40 rusak berat, dan 20 rusak sedang akibat banjir.
Bupati Bojonegoro, M. Santoso, mengadakan rapat koordinasi dan mencatat bahwa kerugian mencapai Rp 598.326.509.050. Dampak sosial juga signifikan, dengan 77.320 kepala keluarga mengungsi di tenda-tenda yang disediakan pemerintah, bahkan bersama hewan ternak mereka.
Dampak kesehatan juga terjadi, dengan 67 pasien di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, di antaranya 29 pasien diare dan 38 pasien menderita Demam Berdarah akibat gigitan nyamuk aedes aegypt.
Tak hanya ekonomi dan kesehatan, dampak psikologis juga dirasakan. Kehilangan sanak saudara dan keluarga adalah kesedihan terdalam yang dirasakan korban. Dua korban jiwa juga dilaporkan.
Lingkungan juga terdampak, dengan kerusakan pada sumber daya fisik seperti tanggul penahan banjir. Khususnya di Kecamatan Kanor, tanggul Bengawan Solo putus mencapai 1.891 meter, sementara tanggul desa mencapai 1.303 meter.
Sumber: Data dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, 2007:19, dan berita Radar Bojonegoro.