Bojonegoro, sebuah kabupaten di Jawa Timur, dikenal dengan Sungai Bengawan Solo yang mengalirinya, memberikan kesuburan pada wilayah ini. Kabupaten ini juga terkenal sebagai produsen tembakau Virginia terbaik di dunia. Bojonegoro memiliki 27 kecamatan, 419 desa, dan 11 kelurahan. Selain suku Jawa, masyarakat Tionghoa, yang disebut sebagai Pranowo atau Peranakan Jowo, juga tinggal di sini dalam harmoni.
Mereka telah mengalami akulturasi budaya dan bahasa dengan masyarakat lokal. Leluhur masyarakat Tionghoa datang dari Tiongkok selama Dinasti Tang dan menetap di kota-kota pesisir seperti Lasem, Tuban, Gresik, Surabaya, Banten, dan Jakarta. Di Bojonegoro, meskipun tidak ada Pecinan, kerukunan dan kekompakan antara berbagai kelompok masyarakat selalu terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah Kelenteng Hok Swie Bio
Kelenteng Hok Swie Bio adalah salah satu wisata religi di Bojonegoro. Klenteng ini merupakan tempat ibadah Tri Darma yang terkenal dengan ornamen kepala naganya dan di dominasi warna merah.
Kelenteng ini banyak dikunjungi setiap harinya, terutama pada hari raya Imlek. Ada banyak peziarah dari Bojonegoro dan daerah lain mengunjungi dan berdoa di sini.
Kelenteng Hok Swie Bio didirikan tahun 1879 dengan tiga Dewa pemujaan yakni Dewa Bumi, Dewi Asih Kwan Im Poo Sat, dan Dewa Keadilan. Hok Swie Bio sendiri berasal dari bahasa Hokian berarti Kelenteng yang membawa rejeki dan kebaikan.
Di dalam kelenteng, terdapat lukisan Sun Go Kong legenda kera sakti yang sangat populer karena menggambarkan ajaran Buddha Dharma.
Alamat Kelenteng Hok Swie Bio
Jl. Jaksa Agung Suprapto No.125, Karang Pacar, Banjarjo, Kec. Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur 62118