Penulis: Kajar Djati
Seorang pegawai bank di Jakarta memutuskan pindah ke desa, menikmati hidup di pinggir sawah. Seorang pengusaha sukses di Jakarta memutuskan pindah ke pelosok kampung dan membangun rumah dan hidup di desa. Dan seterusnya dan seterusnya.
Kisah-kisah itu bermunculan di media sosial. Menjadi tren kekinian. Orang menyebutkan sebagai cara hidup santuy atau slow living.
Apa itu slow living?
Slow living adalah filosofi atau gaya hidup yang menekankan pada kehidupan yang lebih lambat, sadar, dan bermakna. Ini melibatkan kesadaran penuh terhadap pengalaman hidup, penolakan terhadap kehidupan yang terlalu sibuk, serta penekanan pada kualitas daripada kuantitas. Prinsip-prinsip slow living mengajak individu untuk memperlambat langkah, menikmati momen, dan lebih mendalam dalam mengapresiasi aspek-aspek kehidupan.
Tapi, jika dipikir-pikir nih ya. Masyarakat petani sekitar kita (ini bagi anda yang memang sudah hidup di kampung), tentu hidupnya juga lambat, sadar dan bermakna sebagaimana definisi slow living dari para ahli. Artinya, slow living itu sudah menjadi kebiasaan atau cara hidup masyarakat petani dari dulu. Sehingga, seharusnya kita tidak perlu belajar dari orang-orang kota yang memilih pindah ke desa, melainkan belajar dari petani langsung.
Ini alasan kenapa petani adalah ‘penganut’ slow living yang sebenarnya?
1. Keterhubungan dengan Alam
Petani secara alamiah terhubung erat dengan alam. Slow living mendorong orang untuk lebih menghargai dan merayakan hubungan mereka dengan lingkungan. Masyarakat petani yang mempraktikkan pola tanam organik, menjaga keberagaman tanaman, dan menghormati siklus alam secara alami mendukung prinsip-prinsip slow living.
2. Keseimbangan Antara Hidup dan Pekerjaan
Masyarakat petani sering terlibat dalam pekerjaan sehari-hari yang membutuhkan keseimbangan antara hidup dan pekerjaan. Slow living mendorong kesadaran terhadap keseimbangan ini, mengingatkan pentingnya tidak hanya bekerja keras tetapi juga menikmati waktu bersantai dan berkumpul bersama keluarga.
3. Kemandirian dan Keberlanjutan
Slow living menekankan pentingnya kemandirian dan keberlanjutan. Petani yang mempraktikkan pertanian organik, mengurangi penggunaan bahan kimia, dan mendukung ekonomi lokal telah memasukkan elemen-elemen keberlanjutan ini ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
4. Menghargai Produk Lokal
Gerakan slow living mempromosikan penghargaan terhadap produk lokal. Petani yang memproduksi makanan lokal dan menjualnya dalam komunitas mereka mendukung konsep ini. Ini membantu mempertahankan keberlanjutan ekonomi lokal dan keanekaragaman produk makanan.
5. Keterlibatan Komunitas
Masyarakat petani sering kali menjadi bagian dari komunitas yang kuat. Slow living menekankan pentingnya keterlibatan dalam komunitas, berbagi pengetahuan, dan saling mendukung. Petani yang terlibat aktif dalam kehidupan komunitas mereka dapat merasakan manfaat dari hubungan yang erat ini.
6. Menikmati Proses
Slow living bukan hanya tentang hasil akhir tetapi juga tentang menikmati setiap langkah dalam prosesnya. Petani yang merayakan setiap tahap dari menanam hingga panen, menghargai keindahan pertanian, dan merayakan hasil kerja keras mereka sesuai dengan nilai slow living.
Mengadopsi prinsip-prinsip slow living dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat petani, membantu menjaga keberlanjutan lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Cara hidup slow living sangat relevan bagi zaman sekarang karena:
1. Reduksi Stres dan Kesehatan Mental:
Dengan mengadopsi pola hidup slow, seseorang dapat mengurangi tingkat stres karena tidak terburu-buru dan terjebak dalam rutinitas yang terlalu padat. Ini membantu menjaga kesehatan mental dan memberikan waktu untuk bersantai dan merenung.
2. Menyadari Nilai-Nilai Sebenarnya:
Gaya hidup slow memberikan kesempatan untuk menyadari nilai-nilai sebenarnya dalam hidup seperti hubungan, kesehatan, dan kebahagiaan. Ini membantu orang untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
3. Keberlanjutan dan Lingkungan:
Slow living juga seringkali terkait dengan kesadaran lingkungan. Dengan mengurangi konsumsi berlebihan dan mengadopsi pola hidup yang lebih sederhana, kita dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
4. Kualitas Hidup yang Lebih Baik:
Mengurangi kecepatan hidup dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Ini mencakup waktu untuk menikmati makanan dengan perlahan, tidur yang cukup, dan menikmati momen kecil sehari-hari.
5. Peningkatan Produktivitas:
Meskipun terdengar kontradiktif, hidup dengan lebih lambat dapat meningkatkan produktivitas. Dengan fokus pada pekerjaan yang sebenarnya penting dan mengurangi multitasking, seseorang dapat mencapai hasil yang lebih baik.
6. Meningkatkan Kreativitas:
Keadaan pikiran yang tenang yang dihasilkan oleh gaya hidup slow dapat meningkatkan kreativitas. Orang cenderung lebih baik dalam memecahkan masalah dan berpikir kreatif saat mereka diberi waktu dan ruang yang cukup.
7. Membangun Hubungan yang Lebih Kuat:
Slow living sering kali melibatkan lebih banyak interaksi sosial dan waktu berkualitas bersama keluarga dan teman-teman. Ini dapat membantu membangun hubungan yang lebih kuat dan bermakna.
8. Menjaga Keseimbangan Hidup:
Dalam dunia yang serba cepat, menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan waktu untuk diri sendiri menjadi semakin krusial. Slow living membantu menciptakan batasan-batasan ini.
Dengan adopsi pola hidup slow, seseorang dapat menciptakan kehidupan yang lebih bermakna, seimbang, dan menyadari nilai-nilai esensial dalam hidupnya. Ini bukan hanya tren gaya hidup, tetapi juga merupakan upaya untuk menciptakan dunia yang lebih baik secara keseluruhan.