Penulis: Nanang Fahrudin
Kisah ini diawali dari sebuah pagi di tahun 1319. Cahaya matahari baru menerpa tembok istana Majapahit. Tapi di luar benteng, huru hara pengikut Kuti dari kesatuan Dharmaputra, yang memberontak terus mencoba merangsek masuk istana. Mada, perajurit pengawal raja dari kesatuan Bhayangkara bercakap-cakap dengan perajurit lain tentang kondisi istana. Bagaimana kondisi raja? Bagaimana jika Kuti dan pasukannya berhasil masuk istana?
Mada, yang kemudian hari dikenal dengan Gajah Mada, punya misi penting. Bagaimana ia bisa membawa Raja Jayanegara keluar dari istana. Sangat mengkhawatirkan jika Kuti berhasil masuk istana dan hendak membunuh raja.
Mada kemudian menemui raja dan meminta raja bersiap-siap untuk dibawa keluar kota. Mada bersumpah akan menjaga keselamatan raja dengan nyawanya sebagai taruhannya. Raja kemudian dibawa ke Badander, sebuah daerah di luar kota yang dinilai sangat aman.
Saat Raja disembunyikan di Badander, Mada kembali ke Majapahit dengan menyamar seperti orang biasa untuk mengetahui kondisi istana. Apakah Kuti mendapat dukungan dari rakyat, atau didukung oleh para Dharmaputra yang seharusnya menjaga mahkota Majapahit, namun malah mengkhianatinya. Tujuh Dharmaputra tersebut adalah Semi, Pangsa, Wedang, Tanca, Banyak, dan Kuti sendiri.
Mada menghembuskan isu bahwa Raja Jayanegara telah meninggal. Tujuannya untuk melihat respon rakyat Majapahit, apakah masih mendukung rajanya atau memilih Kuti. Dari siasat itu, Mada mengetahui bahwa rakyat masih menginginkan raja Jayanegara memimpin Majapahit. Mada kemudian menghimpun kekuatan dan setelah mendapat banyak dukungan, dia langsung menggempur Kuti. Kuti akhirnya terbunuh dan pemberontakan bisa dipadamkam.
Raja Jayanegara kemudian balik dari Badander ke istana Majapahit. Dikisahkan, Mada tetap rendah hati dan mendapat kedudukan yang tinggi. Jika sebelumnya Mada menjadi prajurit Bhayangkara, kini kedudukannya naik menjadi Patih di Kahuripan di daerah Kediri. Namun setelah 2 tahun di sana, Mada dipindah menjadi Patih di Daha, sekitar daerah Malang kini. Meski berkedudukan di Daha, Mada yang kemudian dikenal dengan nama Gajah Mada sering ke istana Majapahit, karena raja sangat membutuhkannya.
Nama Gajah Mada terus berkibar.
SIMAK JUGA DI:
Raja Jayanegara kemudian jatuh sakit. Sedang di luar, muncul desas-desus bahwa raja telah melakukan perbuatan tak senonoh kepada saudara perempuannya beda ibu. Yakni Tribuawanatunggadewi dan Mahadewi, anak dari Gayatri. Gajah Mada diberi tugas khusus untuk mengusutnya. Diketahui, penyebar desas-desus itu adalah Tanca. Sedang di sisi lain, penyakit raja kian parah. Dan yang bisa menyembuhkan hanyalah Tanca. Akhirnya, Gajah Mada meminta Tanca untuk melakukan bedah bisul yang diderita raja. Sayangnya kisah selanjutnya, Tanca membunuh Raja Jayanegara, dan kemudian Gajah Mada membunuh Tanca.
Karier Gajah Mada terus meningkat. Singkat kisah, Gajah Mada mengucapkan sumpah palapanya. “Saya baru akan berhenti berpuasa memakan buah palapa, saya baru akan bisa menikmati hidup jika seluruh nusantara kita taklukkan di bawah kekuasaan Majapahit”.
Dalam perjalanannya, Gajah Mada masih memiliki kedudukan Patih saat Majapahit dipegang oleh Hayam Wuruk. Namun, Gajah Mada sempat berselisih akibat kesalahpahaman dengan Raja Hayam Wuruk, yakni terkait putri Dyah Pitaloka putri dari Pajajaran. Perang itu dikenal dengan Perang Bubat. Yang kemudian meyebabkan Raja Hayam Wuruk jatuh sakit. Sakit raja tak lain karena memikirkan Dyah Pitaloka yang sangat dicintainya tersebut. Sakit Raja itu kemudian dihubungkan dengan keputusan Gajah Mada yang berperang dengan Pajajaran.
Rumah Gajah Mada dikepung prajurit. Tapi Gajah Mada berhasil lolos. Lalu ia berkelana dengan memanggul penderitaan yang amat sangat. Mendengar Gajah Mada hilang, Raja Hayam Wuruk yang malah bersedih hati. Singkat kisah, raja memerintahkan mencari Gajah Mada. Dua tahun kemudian Gajah MAda kembali ke istana. Namun kembalinya Gajah Mada tak diikuti dengan kembalinya semangatnya sebagaimana dulu. Usia Gajah Mada juga semakin tua.
Hingga akhirnya di penghujung 1363, Gajah Mada sakit keras. Raja yang dalam kunjungan ke Blitar langsung balik ke istana setelah mendengar kabar tersebut. Dan awal 1364, Gajah Mada akhirnya meninggal dunia di usia 64 tahun.
Majapahit terus bersinar di bawah kepemimpinan raja Hayam Wuruk. Namun setelahnya, keturunan Hayam Wuruk saling berebut tahta. Negara Islam mulai berdiri. Bangsa Spanyol dan Portugis mulai menjajah. Majapahit runtuh. Sinarnya meredup dan menghilang.
Sumber buku rujukan:
Judul: Matahari Majapahit
Penulis: DJ Hasugian
Penerbit: Aries Lima
Tebal: 67 halaman