Penulis: Kajar Djati
Ulat jati atau biasa dikenal enthung jati, menjadi salah satu kuliner ekstrem yang ternyata banyak disukai warga. Terutama yang tinggal di pinggiran hutan jati. Diantaranya warga pinggiran hutam Bojonegoro (Jatim), Blora (Jateng), hingga Gunungkidul (DI Yogyakarta).
Enthung jati banyak dijumpai di waktu-waktu tertentu saja. Biasanya pada bulan November hingga Desember. Enthung jati kemudian dimasak dan dikonsumsi warga. Biasanya diongseng bumbu kecap.
Mengonsumsi enthung jati, boleh dibilang sebagai kearifan lokal. Enthung jati mempunyai nilai ekonomi karena bisa diperjualbelikan. Apalagi manfaatnya dari sisi kesehatan cukup besar.
Seranggga enthung jati ini, atau hyblaea puera ini, ternyata memiliki kandungan protein hewani 64,11%. Enthung jati ini bisa menyumbang protein bagi warga yang kekurangan gizi. Manfaatnya bisa sebagai pembentuk jaringan bagian tubuh, petumbuhan, membentuk sel darah, memberi tenaga dan lainnya.
Seorang warga Bojonegoro Jawa Timur, mengunggah sebuah video pendek saat menikmati enthung jati. Tampak begitu lahap dan uenak tenan. “Oseng-oseng enthung, gurih,” katanya.
Menurut dia, oseng enthung jati punya rasa yang enak. Cara membuatnya cuka simpel. Yakni dicampur irisan cabe sesuai selera, lalu ditambah dengan daun dondong. “Silakan dicoba, gurih,” katanya sambil menyendok enthung jati.