Di tengah-tengah perjalanan di Jalan Raya Bojonegoro-Cepu di Desa Kuncen, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Anda akan melewati sebuah persimpangan. Di antara kedua jalan tersebut, terdapat langgar atau musala yang dikenal dengan nama Langgar Menak Anggrung Pahlawan. Tepat di belakang langgar ini, ada dua pesarean atau makam dari dua tokoh penyebar Islam di wilayah Kecamatan Padangan, yaitu Mbah Sabil dan Mbah Hasyim.
Kedua tokoh ulama ini memiliki peran penting dalam Islamisasi di Bojonegoro, terutama di Desa Kuncen. Meski banyak sumber referensi yang minim, namun pengakuan umat Islam dari berbagai daerah atas jasa keduanya masih berlangsung. Banyak warga lokal dan dari berbagai tempat datang untuk berziarah ke makam mereka.
Haul (peringatan kematian) atas keduanya dilakukan setiap 10 September dalam kalender Masehi atau 6 Muharram dalam penanggalan Hijriyah. Sebuah acara yang diikuti oleh banyak orang setiap tahunnya.
KH Khanifuddin, keturunan ke-10 dari Mbah Sabil, berbagi cerita mengenai keduanya. Mbah Sabil, yang memiliki nama asli Pangeran Adi Ningrat Dandang Kusuma, berasal dari Kerajaan Mataram dan menyebut dirinya dengan nama Mbah Sabil untuk menghilangkan jejak. Dia adalah tokoh yang lari dari kejaran Belanda dan menyebarkan Islam di wilayah ini.
Langgar Menak Anggrung Pahlawan bukan hanya tempat ziarah, tetapi juga menjadi saksi bisu dari sejarah Islamisasi di Padangan. Dua tokoh ini mengabdikan hidup mereka untuk menyebarkan agama Islam dan mendirikan tempat-tempat ibadah serta pesantren.