Andara purwa tampil cukup sempurna. Tarian khas Kabupaten Lamongan ini benar-benar menjadi suguhan selamat datang dalam acara penanaman dan pembibitan bakau di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS) Lamongan, Kamis (1/8/2024). Para undangan pun dibikin terpesona.
Di balik ‘kesempurnaan’ tari andara purwa tersebut, ada peran penting Sanggar Seni Tri Melati. Ya, para penari andara purwa adalah para penari dari sanggar tersebut.
Sanggar Seni Tri Melati didirikan bersama oleh Ninin, Kristiani dan Purnomo pada 3 Juli 2006. Sanggar ini beralamat di kediaman Ninin, Ds. Rangge, Sukomulyo Gg. 4 No. 23 Kecamatan/Kabupaten Lamongan.
“Karena bersama inilah ada semangat terus untuk saling support. Satu loyo, lainnya bisa menyemangati,” ucap Ninin melihat realita sanggar di Lamongan banyak yang tidak aktif.
Kata ‘Tri’ berarti tiga pendiri. Sedangkan ‘Melati’ melambangkan cita-cita dari sanggar yang ingin karya-karya seninya dapat mengharumkan Kabupaten Lamongan dalam kancah nasional maupun internasional. Oleh karena itu, tari yang dipelajari adalah tari khas Lamongan.
Contohnya Tari Boran yang sudah diresmikan oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) yang menceritakan aktivitas penjual nasi boran, salah satu kuliner khas Lamongan.
Demi mewujudkan cita-cita itu, Sanggar Seni Tri Melati rutin mengadakan latihan setiap hari Minggu pukul 9-11 pagi di aula Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Pesertanya mulai sisw TK hingga orang dewasa yang berprofesi sebagai guru sebanyak 60 orang. Semua anggota sanggar diharapkan benar-benar meminati seni. Agar bisa menyamai sanggar-sanggar seni lain seperti yang ada di Banyuwangi, Surabaya, dan Malang.
Sanggar yang dibina lima orang pelatih ini tidak hanya mengajarkan gerakan tari. Mereka juga melatih membuat koreografi dan merias wajah. Selain itu, bagi yang sudah mumpuni, akan dibina untuk menjadi pelatih, sehingga tercipta regenerasi untuk terus mengenalkan dan mengembangkan kesenian khas Jawa Timur daerah Lamongan khususnya.]
Berdiri dan berkembang secara mandiri, para pelatih sanggar memiliki prinsip konsisten, sabar dan tidak mengharap material.
“Ibaratnya ada siswa 3 ya dilayani. Ada dana nggak ada dana kalau memang tampil ya tampil. Saggar ini untuk berlatih bersama, berkarya bersama. Belum ada bantuan dari daerah ataupum pemerintah. Benar-benar mandiri,” papar Ninin yang juga merupakan guru SMPN 1 Lamongan.
Meski sedikit, perempuan berusia 45 tahun ini berharap ada bibit-bibit yang meneruskan kesenian. “Saya tidak bisa memberi mereka materi, tapi bisa memberikan pengalaman. Kalau mau belajar, ayo, saya beri ruang. Biarpun kecil, yang penting sanggar tetep hidup dan berkembang,” pungkasnya.
Andara Purwa sendiri memiliki makna selamat datang, rasa syukur kepada pencipta, sukacita, dan tolak-balak. Andara yang merupakan Bahasa Sansekerta memiliki makna penyambutan. Sedangkan Purwa berasal dari Bahasa Jawa berarti wiwitan atau pertama.
Dilihat dari kesejarahan, andara purwa berawal dari festival yang diadakan pemerintah Jawa Timur dan mewajibkan setiap daerah memiliki tari pembuka atau sambutan dengan ciri khas masing-masing. Tari Andara Purwa berhasil menyabet juara dan diresmikan sebagai tari pembuka khas Lamongan. Tari ini juga merupakan tarian penyambut dari Kerajaan Majapahit sejak masa Gajah Mada
***
Tarian andara purwa menjadi pembuka kegiatan pembibitan dan penanaman 35.000 pohon bakau,. Kegiatan tersebut merupakan program pelestarian lingkungan daerah pesisir yang digelar ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Pusat Inkubasi Bisnis (PIB), Lembaga Informasi dan Komunikasi Masyarakat Banyuurip Bangkit (Lima 2B) dan event organizer Arka.
Endriya Prameswari, salah satu penari Andara Purwa, lulusan Sanggar Seni Tri Melati mengatakan enjoy dalam menari. Pelatih tari usia 26 tahun ini alumni prodi Seni Tari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.
Ia mulai menyukai dunia tari sejak SD dan berlatih di sanggar sejak SMP. Saat di bangku SMA, ia sudah mampu menularkan ilmu menari pada adik-adik tingkat di sanggar. Menjadi palatih membuatnya harus belajar mengenali karakter masing-masing anggota sanggar.
“Harapannya, kalau nggak bisa jadi penari, setidaknya jadi penikmat yang baik, yang selalu mengapresiasi,” ujarnya ketika diwawancara harapan tentang generasi muda dalam berkesenian.
Dua penari andara purwa lainnya, Ais Nur Fadhiliya dan Davita Ayu Kristanti mengaku susah-susah gampang dan deg-degan dalam menyajikan tari andara purwa. Meski begitu ia turut bangga bisa memperkenalkan kesenian lokal
Seperti halnya penanaman dan pembibitan pohon bakau yang butuh kerja sama dan kerja bakti, seni juga selalu membutuhkan kolaborasi. [nf]