Penulis: Indika Fahrul Hikami
Belakangan ramai kabar jika salah satu platform asal China yang kini menjadi primadona anak bangsa yakni TikTok telah melakukan predatory pricing. Tak hanya itu, TikTok juga dikabarkan telah melakukan monopoli dengan tujuan menghancurkan UMKM lokal.
Bagaimana TikTok melakukannya? Sederhana saja. TikTok diduga memanfaatkan algoritmanya untuk mencari tahu apa yang diinginkan user atau penggunanya. Apa yang mereka sering beli dari fitur TikTok Shop, lalu dengan cepat TikTok ‘menjiplak’ barang tersebut dan menjualnya lebih murah dari harga pasar pada umumnya.
Namun, apakah benar dugaan itu? Apa yang menyebabkan pemerintah akhirnya tertarik dan harus turun tangan? Bagaimana kondisi perdagangan Indonesia sekarang?
Sebenarnya, sebelum Tiktok hadir, sudah ada e-commerce yang lebih dulu hadir lewat platform Facebook. Cukup banyak para pedagang dan reseller yang menjual barang atau jasanya di sana.
Tak hanya Facebook, muncul juga Shopee, Tokopedia, Lazada dan kawan-kawannya yang dengan cepat menggeruduk pasar Indonesia. Sebenarnya, cukup banyak juga pedagang yang terbantu dengan adanya e-commerce karena, sumber pembeli bisa dari dua arah yakni offline dan online. Namun kenapa kini malah menjadi petaka?
Ternyata, kita seakan dijebak oleh TikTok untuk membeli segala kebutuhan, entah itu rumah tangga, kecantikan, kesehatan dan sebagainya. Tentu dengan harga yang jauh lebih murah daripada harus ke pasar atau toko. Manfaat lainnya yakni pembeli tidak lagi perlu datang ke pasar atau toko, alias hanya duduk manis di rumah sambil minum kopi barang akan datang.
Penjual di Pasar Menjerit
Dengab alasan itulah membuat para penjual di pasar menjerit menderita. Pendapatan mereka turun drastis, pasar kini hanya menjadi tempat ‘adu nasib’ belaka. Sebab, pembelinya dulu kini mulai beralih ke online karena barang lebih murah dan mudah didapatkan.
Melihat kondisi ini, Kementrian Koperasi dan UMKM turun tangan.Dulu, uang berputar di bawah hingga atas. Namun kini, seakan uang hanya berputat di atas saja, sebab menjadi penjual online juga nyatanya tidaklah mudah karena harus bersaing dengan yang sudah memiliki nama besar seperti artis Tanah Air yang juga masuk dalam dunia jual beli online tersebut.
Tak hanya itu, produsen atau pabrik-pabrik kini juga langsung menjual ke konsumen tanpa melewati sales maupun penjual di pasar. Apakah pedagang mampu berperang harga dengan produsen langsung? Kalian pasti sudah tahu jawabannya kan?
Tuai Pro dan Kontra
Mentri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki telah menegur pihak TikTok Indonesia karena diduga telah melakukan predatory pricing. Meski hingga kini pihak TikTok masih belum bisa memberikan data yang valid untuk menyangkal dugaan tersebut. Jika TikTok masih belum bisa memberikan bukti jika tidak melakukan tindakan mengerian tersebut, maka TikTok akan ditutup atau diblokir dari Indonesia.
Isu inni pun menjadi perbincangan hangat. Sebab tak sedikit pula orang yang mencari nafkah dari platform tersebut. Jika platform itu ditutup, ladang mencari nafkahnya akan hilang.
Namun, di sisi lain ada pedagang di pasar yang mengharap TikTok hilang dari Indonesia ini. Sebab mereka berpendapat jika platform itulah yang membuat UMKM hingga pedagang di pasar maupun toko offline merugi.
Bahkan sering terlihat di media sosial jika sekelas pasar Tanah Abang yang terkenal penuh sesak pada zamannya, kini sepi. Bahkan pasar bisa untuk dijadikan tempat bermain anak karena saking sepinya pembeli. Tak hanya itu, banyak ruko yang tutup karena pemiliknya tidak mampu membayar uang sewa karena imbas sepinya pembeli.
Melihat kondisi ini, pemerintah perlu segera melakukan tindakan yang pasti, akurat dan terukur agar tidak merugikan satu dengan lainnya. Diharapkan juga agar menghitung dari sektor ekonomi masyarakat jika ada maupun tiadanya TikTok. Maka untuk hasil yang maksimal, data lah yang berbicara nantinya.
Bagaimana menurutmu?