Penulis: Nanang Fahrudin
Dulu, Kabupaten Bojonegoro pernah bernama Rajekwesi. Pada era ini, Rajekwesi cukup dikenal, lantaran ada sosok cukup menggemparkan, yakni Tumenggung Sasradilaga yang memimpin perlawanan di pihak Pangeran Diponegoro melawan Belanda.
Jauh di masa sebelumnya, wilayah Rajekwesi konon mengalami pasang surut. Pada masa kerajaan Singasari di bawah raja Kertanegara, Rajekwesi menjadi besar dan dikenal luas. Namun, pada masa era Kerajaan Majapahit, Rajekwesi tak terdengar.
Ketika Sasradilaga memimpin perlawanan rakyat, Belanda memang dibuat kocar kacir. Di Rajekwesi, perlawanan dimulai pada 20 November 1827, yang meluas hingga Rembang dan sekitarnya. Keberhasilan perlawanan Sosrodilogi tak lepas dari sosoknya yang merupakan anak dari Bupati Rajekwesi. Ia lahir dan dibesarkan di Rajekwesi, sehingga sangat paham wilayah Rajekwesi.
Ketika itu, Rajekwesi di bawah pimpinan Bupati Djajanegara. Namun, Sasradilaga berhasil merebut Rajekwesi, dan Bupati Djajanegara menyelamatkan diri pergi ke Rembang.
Wilayah Bowerna berhasil direbut pasukan Sasradilaga yang menyulitkan gerak pasukan Belanda dari arah perbatasan Surabaya. Wilayah selatan yang berbatasan dengan Ngawi, berhasil direbut pada Desember 1827. Sehingga, praktis akhir 1827, hampir semua wilayah Rajekwesi dan Rembang dikuasai oleh pasukan Sasradilaga.
Buku “Sejarah Kabupaten Bojonegoro, Menyingkap Kehidupan dari Masa Ke Masa” yang diterbitkan Pemkab Bojonegoro (1988), menggambarkan lumayan detail tentang peperangan ini. Disebutkan perlawanan sengit terjadi di hampir semua daerah, seperti di Karang, Panasan, Trojalu, Banteran, Sroyo, dan lainnya. (hal: 156).
Dengan adanya perlawanan sengit pasukan Sasradilaga tersebut, Belanda mengubah strategi dengan mengerahkan semua kekuatan ke wilayah Rajekwesi. Pasukan itu seharusnya disediakan menggempur pasukan Diponegoro di wilayah Jawa Tengah. Namun, api perlawanan pasukan Sasradilaga
Perlawanan pasukan Sasradilaga terus berkobar dan meluas. Wilayah Tuban akhirnya bisa direbut juga. Pasukan Belanda meninggalkan Tuban dan melarikan diri melalui laut dengan kapal-kapal yang sudah mereka siapkan. Sedang Letnan Sturler, pemimpin pasukan Belanda ikut melarikan diri.
Pada Januari 1828, pasukan Belanda mengalir masuk ke Rembang. Belanda membangun benteng-benteng yang berada di sekitar Rajekwesi untuk mengepung Rajekwesi. Dan pada 26 Januari 1828, Jendral Holsman berhasil masuk Rajekwesi. Dan pasukan rakyat mulai terdesak.
Hingga akhirnya, pada awal 1828 itulah, Belanda di bawah Van Griesheim dengan kekuatan 2.000 pasukan berhasil mengusir Sasradilaga ke luar kota Rajekwesi. Sasradilaga berusaha melakukan perlawanan dari luar Rajekwesi, namun gagal.
Akhir kisah perlawanan Sasradilaga terjadi pada Maret 1828. Aria Sasradilaga dan saudaranya bernama Raden Bagus menjadi buron Belanda. Raden Bagus akhirnya tertangkap di Kertasana. Sedang Sasradilaga terus melakukan perlawanan dengan menggabungkan diri dengan pasukan Diponegoro di daerah Jawa Tengah. Meski akhirnya Sasradilaga menyerah.
Lalu di mana makam Sasradilaga? Tunggu tulisan berikutnya! Terimakasih