DULUADA adalah satu suguhan mastumapel.com untuk pembaca yang budiman, guna mengenang fakta masa lalu. Dan lebih dari itu, guna mengambil makna darinya.
***
Tahun 1979. Yakni masa Orde Baru Pelita III (Pembangunan Lima Tahun) Menteri Penerangan RI mengeluarkan surat Keputusan tentang sebuah proyek memperluas jangkauan pembaca koran hingga pelosok desa. Proyek itu bernama Koran Masuk Desa (KMD). Guna mengukuhkan proyek itu, dikeluarkanlah Kepeutusan Menteri Penerangan Nomor 203A/Kep/Menpen/79).
KMD tersebut dilaksanakan di 13 provinsi di Indonesia. Untuk tahap pertama dimulai di 7 provinsi. Proyek ini mengikutsertakan 20 penerbitan surat kabar, dengan rata-rata oplah koran 150.000. Targetnya, pelanggan koran bisa naik 10%.
Sebelum ada KMD, pemerintah Indonesia, waktu itu, telah memiliki program yang mirip. Yakni dengan nama Penerbitan Khusus untuk Daerah Pedesaan (PKUDP). Mekanismenya, pemerintah mensubsidi koran Rp21,66/lembar. Koran-koran dalam proyek PKUDP disebar gratis ke masyarakat pedesaan, diantaranya Harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha.
Guna merealisasikan KMD ini, Departemen Penerangan RI menyiapkan anggaran Rp 290 juta. Rata-rata setiap penerbit koran akan mendapat tambahan modal untuk mencetak 5.000 hingga 10.000 eksemplar.
Pada saat itu, koran yang terbit di Surabaya dengan oplah paling tinggi adalah Penyebar Semangat (53.000), Karya Dharma (18.350), Jayabaya (17.000). Sedang koran Jawa Pos (14.000), Bhirawa (6.000), Memorandum (15.000), Suara Indonesia (10.000).
Dari proyek KMD inilah, muncul cara-cara penjualan koran menggunakan mobil keliling desa. Mobil-mobil ini menggunakan pengeras suara dan berhenti di sejumlah titik. Masyarakat desa akan membaca atau membeli koran.
(Sumber tulisan: diolah dari tulisan-tulisan yang dimuat di Prisma edisi Maret 1980).