Salah satu pengunjung berkata: Ternyata di samping penghasil minyak, Bojonegoro juga penghasil banyak seniman.
***
Bulan terang menyinari Gedung Serbaguna Bojonegoro. Cahayanya berpadu dengan lampu listrik yang benderang di halaman gedung, Jumat (8/12/2024). Warga antusias hadir menyaksikan pembukaan Pekan Seni Kerakyatan Bojonegoro yang dimeriahkan oleh sinden muda Niken Salindri.
Selain menyaksikan pembukaan di panggung depan gedug, pengunjung bisa menyinggahi pameran ekonomi kreatif di kanan-kiri gedung yang berjajar rapi. Stand-stand itu menjual aneka olahan produk khas Bojonegoro, seperti kerajinan dari kayu jati, craf, aksesoris dari rajut, minuman rempah, aneka keripik, dan lain-lain.
Di pojok kanan belakang gedung, bonsai-bonsai berjajar indah dengan bentuknya masing-masing. Dibandrol dengan harga puluhan ribu hingga ratusan juta rupiah. Beberapa pengunjung melakukan transaksi tanpa penawaran sama sekali.
“Yang ini lima puluh, yang ini tujuh puluh. Karena suka ya saya beli,” ucap salah satu pengunjung.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro, Budiyanto menuturkan pekan adalah dinten pitu ketang gangsal. Jadi ada lima hari dalam pasaran Jawa, yaitu legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Maka dari itu, pekan kesenian tersebut digelar selama lima hari dari tanggal 6-10 Desember.
Pekan kesenian itu, kata Budiyanto dalam sambutannya, sebagai wadah dan upaya untuk melestarikan kesenian di Bojonegoro. Juga untuk menumbuhkan rasa cinta masyarakat terhadap kesenian tradisional, dan memanfaatkan seni budaya hingga penggerak ekonomi berbasis kerakyatan.
Ketua panitia, Yuli Zedeng menuturkan, Pekan Seni Kerakyatan Bojonegoro bertujuan untuk meningkatkan daya kreativitas masyarakat seni di Bojonegoro, baik di seni rupa maupun seni pertunjukan.
“Harapannya pemerintah selalu bersinergi dengan masyarakat khususnya masyarakat seni, sehingga baik faktor sosial maupun ekonomi bisa merasakan dampak yang baik dari kebijakan itu sendiri,” harapnya.
Acara Pekan Seni Kerakyatan Bojonegoro dibuka oleh Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto. Laki-laki berkacamata, berbaju serba hitam dan memakai udeng itu berharap kegiatan seperti ini bisa terus diadakan. Menurut dia, acara itu merupakan langkah untuk menggali kekayaan seni di Bojonegoro.
“Harapan saya, mudah-mudahan tahun depan kegiatan ini terus bisa dilaksanakan. Semoga nanti bisa mengundang tamu dari luar Bojonegoro, bisa lebih banyak lagi yang mengenal dan memahami produk seni dari Bojonegoro,” harapnya.
Di dalam gedung, pengunjung menikmati karya-karya perupa Bojonegoro. Sebanyak 115 karya yang terdiri dari lukisan dan patung dipajang, hasil tangan dari 61 perupa Bojonegoro dari yang lahir pada tahun 2003 sampai yang tertua yang lahir pada 1922.
Obyek lukisannya pun beragam, ada tari thengul, pahlawan, bunga, alam, Yesus, binatang, petani sampai yang abstrak. Begitu pula dengan patung, ada patung thengul, kereta kencana, sampai tokoh animasi. Salah satu pengunjung mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan.
“Saya mengapresiasi teman-teman seni, baik lukis, bonsai, maupun ukir. Ke depan mudah-mudahan pemerintah lebih mensupport apa yang menjadi karya-karya (perupa) Bojonegoro. Nasibnya seniman kalau diadakan acara seperti ini kan bisa juga mengangkat perekonomian dengan terjualnya karya. Bisa dilihat orang, suka, akhirnya beli,” ucap Sirin, salah satu pengunjung.
“Ternyata di samping penghasil minyak, Bojonegoro juga penghasil banyak seniman,” tambahnya.
Pengunjung lain, Teguh menuturkan, selama ini Pemerintah Kabupaten Bojonegoro masih kurang mengadakan apresiasi untuk para pelaku seni, dilihat dari jarangnya pameran diadakan.
“Bojonegoro kurang mengadakan acara seperti ini. Padahal kan di Bojonegoro banyak pelukis dan perupa. Mungkin acara semacam ini bisa rutin digelar,” saran Teguh.
Kalangan mahasiswa juga banyak yang hadir untuk melihat pameran lukisan. Salah satunya Anggun Shofia, mahasiswi IKIP PGRI Bojonegoro. “Keren, sih, cuy. Mungkin kalau ada visual yang menceritakan tentang karya-karya yang dipajang terus ditampilkan di area pameran gitu keren. Sebagai bentuk edukasi,” ujarnya.
Ia berharap karya seni lebih bisa dilirik lagi. Harusnya pemerintah memberikan perhatian lebih kepada para seniman.
Harapan Anggun juga menjadi harapan Muhayatul, salah satu perupa perempuan yang karyanya ikut dipajang dan dibukukan dalam antologi Jejak Perupa Bojonegoro dari Masa ke Masa yang launching malam itu juga.
“Acara ini istimewa. Semoga pemerintah bisa memfasilitasi lebih lagi untuk seniman di Bojonegoro,” ungkapnya.
Pameran lukisan itu, menurut Muhayatul, juga bermanfaat untuk regenerasi seniman di Bojonegoro. Banyak anak-anak dan remaja yang berkunjung, ketika mereka melihat, lalu tertarik, bisa jadi ada rasa ingin membuat karya yang sama juga.
Selain Muhayatul, Anugerah yang memajang karya juga ikut berkomentar terkait pameran itu. Menurutnya, pemerintah bisa membuat acara yang sama atau lebih lagi ke depannya. “Acara ini menurut saya sukses. Mungkin tahun depan pemerintah daerah bisa membuat acara seperti ini lagi,” ungkapnya.
Ia juga berharap, Bojonegoro nantinya memiliki perguruan tinggi yang fokus di bidang seni sebagai wadah regenerasi seniman di Bojonegoro.[nf]