Penulis: Kajar Alit Djati
Anda mahasiswa Jogja asal Bojonegoro? Atau Anda asli orang Bojonegoro yang punya urusan ke Ngawi? Bolehlah sekali-kali menggunakan transportasi umum bus. Kenapa?
Tentu banyak alasan. Dan yang pasti, bus itulah satu-satunya transportasi umum yang ada. Karena kereta api tidak mempunyai rute Bojonegoro-Ngawi. Jika nggak mau naik bus, alternatifnya adalah naik travel atau pakai kendaraan pribadi.
Bus Bojonegoro-Ngawi hampir tiap jam melintas. Busnya kecil (bukan bus besar seperti Dali Mas Bojonegoro-Surabaya).
Nah, izinkan saya berbagi sensasi naik bus Bojonegoro-Ngawi ini. Jika enggak percaya, bolehlah mencobanya, auto asyik, atau bagi perempuan hamil, bisa mempercepat proses kelahiran (jadi tidak disarankan).
Bus jurusan Ngawi-Bojonegoro berangkat dari terminal Rajegwesi Bojonegoro, melintasi Kalitidu, Padangan, Ngraho, Margomulyo hingga terakhir di terminal Kertonegoro Ngawi. Jika dilihat di maps google, jaraknya sekitar 78,8 km atau rata-rata memakan waktu 2 jam perjalanan. Namun seringkali di jam-jam tertentu tidak sampai 2 jam.
Jalur Bojonegoro-Ngawi sebenarnya sudah bagus, jalan dari Padangan-Margomulyo sudah dilebarkan. Untuk jalur Bojonegoro-Padangan juga lebar, meski bergelombang. Jika jam-jam tertentu, laju bus ini bak mobil balap di Sirkuit Mandalika. Tapi pada jam-jam tertentu, bus ini bisa pelan seperti ‘bus tayo’.
Tiket naik bus ini terus naik. Sebelum pandemi covid-19, tarif Rp 25 ribu untuk Bojonegoro-Ngawi. Lalu tarrif naik saat pandemi menjadi Rp30 ribu. Lalu naik lagi dan naik lagi hingga sekarang Rp 40 ribu.
Sensasi yang umum adalah, semua bus tidak ada AC. Kaca jendela dibuka lebar, sehingga saat jalan angin berhembus kencang bak di pantai. Namun, jika sedang pelan atau berhenti bak berada di sauna. Gobyos. Sensasi lain, meski panas gobyos, para penumpang asyik aja merokok dan asapnya mengepul di langit-langit bus. Jika anda tak suka asap rokok, bisa mempertebal maskernya.
Sensasi lain adalah saat hujan turun. Atap bus seringkali bocor. Jadi tidak perlu heran jika tiba-tiba ada tetesan air dari atas. Dan yang tak kalah hebat, sopirnya canggih banget. Pernah saat hujan deras, wipernya ga jalan, alias macet. Sopir tetap ngegas seperti biasa, sedang kaca depan penuh titik air hujan.
Yang tak kalah josss, kenek bus biasanya sudah menyiapkan bantalan batu/batu untuk mengganjal roda saat terjebak macet namun berada di tanjakan atau turunan. Kenek bus akan turun dan memasang bantalan agar bus tak jalan tanpa kontrol.
Oh ya, jika Anda ingin merasakan sensasi gaspoll di jalanan, naik bus ini juga bisa mengobati rasa penasaran. Karena bus bisa berlari kencang di jalanan model apapun. Ibaratnya, pedal gas selalu diinjak dan pedal rem enggak pernah diinjak.
Tak heran jika ada guyonan, bus-bus seperti itu jarang mengganti part-part di sistem pengereman, karena memang jarang difungsikan.
Jika Anda pernah naik dokar yang ditarik kuda, jangan dibandingkan. Tentu lebih nyaman naik bus ini.
Apalagi ya sensasi naik bus Bojonegoro-Ngawi ini? Mungkin Anda mempunyai pengalaman!