Penulis: Kajar Alit Djati
Di kalangan warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin, tradisi diba’an sudah tidak asing lagi. Di langgar maupun masjid, sering terdengar orang sholawatan dengan nada-nada bermacam-macam. Kadang menirukan lagu-lagu dangdut lawas atau dengan nada yang diciptakan sendiri.
Umumnya diba’an dilakukan berjamaah sekitar 10 orang dengan duduk melingkar. Lalu, sholawatan tersebut dilakukan bergiliran. Mereka yang melakukan hal tersebut, atau minimal pernah melakukannya, tentu bahagia sekali.
Dibaan adalah tradisi sholawatan yang sudah berlangsung cukup lama. Sayangnya, saat ini dibaan sudah jarang sekali ada. Meski di daerah-daerah tertentu rutinan diba’an masih terus dilakukan.
Apa itu Diba’an?
Diba’an adalah tradisi membaca atau melantunkan sholawat Nabi Muhammad SAW yang dilakukan secara bersama-sama. Ada bagian yang dibaca biasa, namun sebagian besar dibaca menggunakan lagu.
Diba’an sendiri mengacu pada kitab syair pujian karya al-Imam al-Jaliil as-Sayyid as-Syaikh Abu Muhammad Abdurrahman ad-Diba’iy asy-Syaibani az-Zubaidi al-Hasaniy. Kitab tersebut dikenal dengan nama kitab Maulid Diba’.
Siapa Syaikh Abu Muhammad Abdurrahman ad-Diba’iy? Beliau lahir pada hari ke-4 bulan Muharram tahun 866 H dan wafat pada Jumat 12 Rajab tahun 944 H pada usia 78 tahun. Beliau ulama hadits terkemuka dan mencapai tingkatan hafiz dalam ilmu hadis.
Syaikh Abu Muhammad Abdurrahman ad-Diba’iy menghafal 100.000 hadits lengkap dengan sanadnya. Selain ahli ilmu hadits, beliau seorang ahli sejarah. Beberapa kitab karangannya ialah Taisirul Wusul ila Jaami`il Usul min Haditsir Rasul, Qurratul ‘Uyun fi Akhbaril Yaman al-Maimun, Bughyatul Mustafid fi Akhbar Madinat Zabid, dan masih banyak lagi lainnya.
Diba’an adalah membaca kitab Maulid Diba’. Kitab ini merupakan salah satu kitab maulid yang dibaca dalam rangka meneladani sîrah Rasulullah saw sekaligus bershalawat kepadanya.
Pengalaman Ikut Diba’an
Di masa kecil saya, di salah satu kampung di Bojonegoro, saya sering mengikuti diba’an di langgar atau musholla dekat rumah. Pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika giliran saya bersholawat, sebelumnya sudah bingung akan melantunkan sholawat dengan lagu apa. Meski lama kelamaan ketika sudah terbiasa ikut, sudah tidak deg degan lagi karena sudah hafal banyak lagu.
Diba’an kami lakukan selepas sholat isya’ dan berakhir kira-kira puku 21.00 atau kadang lebih.