Jika Anda di Bojonegoro dan melintasi pojok utara alun-alun, Anda akan melihat sebuah monumen TRIP. Ya, monumen itu merupakan penghargaan akan perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar atau TRIP. Perjuangan para siswa (rata-rata SMP) yang mengangkat senjata demi tegaknya kemerdekaan Indonesia.
Monumen TRIP yang dibangun tahun 1980 itu menjadi simbol perjuangan para pelajar/siswa Bojonegoro. Para siswa di usia remaja waktu ini, telah berjuang mati-matian mengusir penjajah.
Pada era penjajahan Jepang, para siswa SMP mendapat latihan kemiliteran. Mereka dimasukkan dalam Gekko Totai. Usai proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, para pelajar tersebut ikut melucuti senjata Kenpetai Jepang di Bombok kota Bojonegoro. Pada tahun 1946 Kesatuan TRIP Jawa Timur melatih para pelajar dari daerah-daerah untuk mengembangkan TRIP. Dari Bojonegoro dikirim dua orang, Satjoko dan Budidarmo dari SMP Negeri Bojonegoro.
Hingga pada September-Oktober 1946 digelar deklarasi TRIP di semua daerah. TRIP Bojonegoro pun diresmikan pada 4 Oktober 1946. Catatan ini sebagaimana tercantum dalam buku Sejarah Perjuangan TRIP Bojonegoro yang terbit tahun 1980. Saat diresmikan, anggota TRIP Bojonegoro berjumlah 160 pelajar. Namun, jumlah itu menyusut seiring waktu menjadi 120 pelajar. TRIP Bojonegoro dikenal dengan kompi 2200 atau TRIP 2200.
Tak berselang lama setelah TRIP diresmikan, para pelajar ini langsung diterjunkan ke front pertempuran di Surabaya. Tugas bertempur terus dibebankan ke TRIP 2200. Tak hanya ke Surabaya, TRIP 2200 juga ditugaskan ke Bancang, daerah hutan sebelah timur Jombang pada April 1947.
Pada agresi Belanda ke-1 tahun 1947, sebagian pasukan TRIP 2200 dikirim ke Madiun, dan sebagain ke Ponorogo. Setelah dua bulan berada di lokasi perang gerilya, mereka dikirim balik ke Bojonegoro dan melanjutkan sekolah. Ada yang melanjutkan SMA di Bojonegoro, tapi juga ada yang melanjutkan SMA di Surakarta dan Yogyakarta.
Namun, ketika 18 September 1948 terjadi pemberontakan PKI di Madiun, TRIP 2200 disiagakan lagi. Mereka diikutkan dalam sebuah operasi militer di Tambakrejo, Kalitidu, Padangan dan Jatirogo. TRIP 2200 kembali ditugaskan dalam operasi militer Ketika Belanda kembali menyerang yang dikenal dengan Agresi Belanda ke-2. Pertempuran di sejumlah tempat berkobar. TRIP 2200 ikut dalam barisan tantara dari kesatuan Brigade Ronggolawe.
Salah satu anggota TRIP 2200 yang gugur dalam pertempuran adalah Lisman, anak dari Kepala Desa Gedongarum (Kanor). Lisman kini diabadikan menjadi nama jalan: Jalan Lisman. Selain pahlawan Lisman, banyak yang gugur dalam pertempuran memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Diantaranya Suhartono yang lahir di Ledokkulon.
Lalu, bagaimana dengan sebutan Mastrip atau dikenal dengan Jalan Mastrip. Itu merupakan panggilan masyarakat kepada pasukan TRIP. Karena masih muda-muda, maka anggota TRIP dipanggil dengan mas, bukan pak. Maka, jadilah MASTRIP. [n]