Kabupaten Bojonegoro terletak di wilayah Provinsi Jawa Timur, memiliki jarak kurang lebih 110 km dari ibu kota provinsi. Luas wilayahnya sekitar 230.706 hektar dan pada akhir tahun 2018, jumlah penduduknya mencapai 1.311.042 jiwa.
Secara administratif, Kabupaten Bojonegoro berbatasan dengan Kabupaten Tuban di sebelah Utara, Kabupaten Madiun, Nganjuk, dan Jombang di sebelah Selatan, Kabupaten Lamongan di sebelah Timur, serta Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Blora di sebelah Barat, yang termasuk dalam Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Bojonegoro terbagi menjadi 28 Kecamatan, yang mencakup 11 kelurahan dan 419 desa. Sebagian besar wilayah Bojonegoro adalah daerah pertanian.Semua elemen sumber daya dan kondisi ini pada akhirnya akan berdampak pada kemajuan dan prospek pembangunan wilayah.
Kabupaten Bojonegoro juga memiliki tata guna lahan yang terbagi menjadi dua kawasan, yaitu Kawasan Lindung yang mencakup hutan lindung, sempadan sungai, danau, dan waduk, serta Kawasan Budidaya yang mencakup hutan produksi, perkebunan, tanah sawah, permukiman, ladang, dan wilayah lainnya.
Asal Usul Bojonegoro
Dalam masa kehidupan sejarah Indonesia Kuno, terlihat adanya pengaruh kuat budaya Hindu yang berasal dari India sejak Abad I. Sampai dengan abad ke-16, Bojonegoro menjadi bagian dari wilayah Majapahit.
Ketika Kesultanan Demak didirikan pada abad ke-16, Bojonegoro beralih menjadi wilayah Kerajaan Demak. Dengan perkembangan agama Islam, budaya Hindu mulai surut, dan terjadi perubahan nilai-nilai dan tatanan masyarakat dari Hindu ke Islam, dengan konflik yang terjadi dalam upaya merebut kekuasaan Majapahit.
Akibatnya, Bojonegoro menjadi bagian dari Kerajaan Pajang pada tahun 1586, dan kemudian Kerajaan Mataram pada tahun 1587. Pada tanggal 20 Oktober 1677, status Jipang yang sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi kabupaten, dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel, yang juga menjabat sebagai Bupati I di Jipang.
Tanggal ini menjadi hari jadi Kabupaten Bojonegoro yang diperingati hingga sekarang. Pada tahun 1725, saat Pakubuwono II naik tahta di Kasunanan Surakarta, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dipindahkan dari Jipang ke Rajekwesi, yang berjarak sekitar 10 km ke selatan dari kota Bojonegoro saat ini.
Bojonegoro adalah daerah yang kaya akan kesenian, kesenian-kesenian tersebut antara lain seperti Wayang Thengul, Tari Thengul, Wayang Krucil, hingga Tayub Bojonegoro.
Kesenian Khas Bojonegor
Wayang Thengul
Wayang Thengul, yang juga ditemukan di Blora dan Cepu di Jawa Tengah, serta tersebar di sebagian Tuban dan bahkan Yogyakarta, merupakan simbol seni tradisional yang melekat pada Kabupaten Bojonegoro.
Berbeda dengan wayang kulit biasanya, wayang ini memiliki layar (kelir) dengan lubang kotak di tengahnya, sehingga penonton dapat melihat pertunjukan dari sisi belakang layar. Sifat serupa juga ditemukan dalam Wayang Krucil (Wayang Klithik).
Tari Thengul
Tarian Thengul, seorang tarian tradisional yang berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur, memiliki akar inspirasi yang dalam dari Wayang Thengul. Wayang Thengul sendiri memiliki cerita yang bersumber dari cerita rakyat seperti Wayang Gedhog (yang mengisahkan kerajaan Majapahit) dan Wayang Menak (yang mempersembahkan cerita-cerita tentang Panji dan para wali).
Tarian Thengul, yang dibentuk sebagai tarian kreatif, bukan hanya merupakan sebuah karya seni, tetapi juga merupakan bentuk penghargaan dan usaha yang berdedikasi untuk menghidupkan kembali kesenian Wayang Thengul yang hampir lenyap akibat perubahan zaman.
Tayub Bojonegoro
Kesenian Tayub, merupakan salah satu warisan budaya yang unik dan khas dari daerah Bojonegoro. Tayub dihidupkan oleh seorang waranggana, ledhek, atau sindir yang memimpin pertunjukan, dengan iringan pengibing yang mengiringi seluruh persembahan mereka.
Tari Tayub ini memiliki sejarah yang panjang, dengan akar yang dapat ditelusuri hingga abad ke-19. Namun, kesenian ini benar-benar mulai berkembang dan mencapai puncaknya sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bojonegoro sejak tahun 1975, di mana penggemar dan pelaku seni mulai mengembangkan dan mempromosikan keindahan dan keunikan Tayub kepada seluruh dunia.