Penulis: Indika Hikami
Siapa duga, keramaian pasar tradisional yang dulu dirasakan masyarakat, kini hanya tinggal cerita belaka. Cukup banyak pedagang yang mengeluh akan menurunnya pendapatan setiap harinya. Bahkan, pasar tradisional kini tampak bukan lagi seperti pasar tradisional untuk tempat bergantung mencari nafkah, tapi kini perlahan beralih menjadi tempat tujuan di kala bosan saja.
Orang-orang yang berlalu-lalang mencari barang, suara orang tawar-menawar, kini sudah jarang dijumpai di pasar tradisional. Malahan, yang sering terdengar adalah keluhan dari para pedagang yang semakin sulit mencari nafkah untuk keluarganya.
Fenomena ini seakan mengagetkan, tapi juga dapat dijangkau oleh logika. Kondisi seperti sekarang ada memang bukan tanpa sebab. Mungkin salah satu sebabnya yakni perkembangkan teknologi yang begitu masif sehingga merajai di berbagai sektor terutama perbelanjaan. Ya, belanja online.
Sudah tak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat dengan TikTok. Platform media sosial tersebut kini seakan menjadi momok menakutkan bagi para penjual di pasar tradisional. Bagi penjual pasar tradisional, TikTok adalah salah satu (dari sekian banyak) penyebab sepinya pasar yang membuat para penjual bersedih dan berharap cemas.
Ucapan dari para pedagang pasar tradisional bukan tanpa alasan. Sebab, di TikTok, seakan harga barang ditekan habis-habisan dengan murahnya, sehingga para pembeli pastinya tergiur membeli di sana. Apalagi dengan membeli di TikTok, pembeli tidak perlu lagi untuk datang ke pasar, tawar-menawar untuk menentukan harga yang pas, dan barang akan langsung diantar ke rumah. Pada intinya, aplikasi tersebut memberikan segala kemudahan kepada pembeli.
Namun, setelah hari bertambah hari, ternyata masalah lain pun muncul. Seperti halnya kini produsen akan langsung menjual barangnya langsung ke konsumen, tidak lagi melewati pasar. Atau lebih mudahnya, pemilik brand langsung menjual sendiri lewat aplikasi tersebut tanpa turun ke seller dan reseller lagi.
Para pedagang kecil pastinya akan menjerit karena harus bersaing harga dengan perusahaan selaku produsen yang pastinya memberi harga murah pada konsumen.
Dari masalah tersebut, terjadi beberapa pendapat dari berbagai orang yang saya temui. Jika mendengar pendapat dari konsumen, pastinya konsumen akan semakin puas karena mendapatkan barang dengan mudah dan murah.
Namun, bagi pedagang, mereka akan kelimpungan dan harus berpikir lebih ekstra lagi karena pasti pendapatannya akan semakin menurun. Apalagi saingannya bukan lagi sesama pedagang, melainkan langsung dengan produsen.
Jika dipikir-pikir, masalah ini harus segera diatasi. Bagi orang pada umumnya, peristiwa ini merupakan hal wajar karena pastinya konsumen lebih suka barang yang murah. Namun, jika dikaitkan dengan ekonomi nasional, maka akan panjang ceritanya.
Bayangkan, jika ekosistem penjualan seperti dulu, produsen ke seller A, B, C dan seller akan turun lagi ke reseller, berapa banyak jiwa yang diuntungkan dan mendapatkan nafkah untuk keluarga? Sedangkan jika melihat kondisi masa kini, berapa banyak orang yang menderita?
Sedikit cletukan dari beberapa orang mengatakan jika “Offline sekarang akan hilang, berganti online”, lantas, jika semua orang memilih untuk menjadi penjual karena begitu mudahnya membuka toko di online shop, apakah berimbang antara penjual dan pembeli? Yang pasti lebih banyak penjual dari pada pembeli.
Bagaimana pendapatmu melihat kondisi pasar tradisional saat ini?